Minggu, 08 Agustus 2010

Pembaharuan Pemikiran Islam di Turki

Pembaharuan Pemikiran Islam di Turki
Pembaharuan di Turki sudah dimulai sejak Sultan Mahmud II (1785—M) berkuasa. Sultan ini secara radikal memulai gerakannya merombak struktur pengelolaan kenegaraan antara eksekutif dan yudikatif. Di bidang hukum, ia memilih antara urusan hukum Islam dan hukum Barat (sekuler). Selain pembaharuan di bidang militer, ia juga merubah kurikulum pendidikan menjadi lebih sesuai dengan materi-materi bacaan dari Barat. Banyak pelajar yang atas perintahnya dikirim untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi ke Eropa. Ide-ide pembaharuannya ini kemudian dilanjutkan oleh gerakan Tanzimat dengan tokoh sentralnya Mustafa Rasyid Pasya (1800—M) dan Mustafa Sami. Selain tokoh-tokoh tersebut, Shadiq Rif’at (1807—M) merupakan figur terkemuka yang menyerukan perlunya jaminan hak-hak asasi bagi warga negara di samping keharusan pemerintah untuk bersikap demokratis dan tidak korupi agar tercipta kemakmuran dan kemajuan. [1]
Ide-ide pembaharuan Tanzimat selanjutnya diusung oleh gerakan Usmani Muda yang kritis terhadap absolutisme kekuasaan kerajaan Turki dengan tokohnya: Ziya Pasya (1825—M) dan Namik Kemal (1840-1888 M). Gerakan pada puncaknya bermaksud menumbangkan kekuasaan Sultan Abdul Hamid yang berakhir kegagalan. Sebab-sebab kegagalannya antara lain:
1. Ide yang diusungnya tidak sepenuhnya terpahami oleh kalangan istana;
2. Gerakannya tidak memiliki asas dukungan yang cukup dari kalangan menengah yang bisa menjembataninya berhubungan dengan kalangan lapisan bawah. Jadi cenderung bersifat elitis dan eksklusif;
3. Tidak adanya kekuatan yang cukup untuk menandingi pilar-pilar kekuasaan Sultan.
Dengan semakin absolutnya kediktatoran Sultan, memicu munculnya kaum oposan dari beragam kalangan. Salah satunya adalah gerakan Turki Muda di bawah kepemimpinan Ahmed Riza, Mehmed Murad dan Pangeran Sihabuddin. Dari ketiga tokoh yang telah akrab bersentuhan dengan ide-ide Barat ini lahir ide-ide rekonstruksi Turki menjadi negara konstitusional dengan struktur yang terdesentralisasi. Jalur pendidikan tetap menjadi prioritas sebagai instrumen perubahan yang vital. Pemuka Turki Muda tersebut kemudian bergabung bersama kalangan militer dan elemen lainnya dalam kelompok Persatuan dan Kemajuan (Ittihad ve Terekki) yang menginisiasi pemberontakan tahun1908 M.
Sultan Abdul Hamid akhirnya menerima tuntutan untuk mengadakan pemilu untuk membentuk parlemen yang kemudian diketuai oleh Ahmed Riza. Peristiwa politik tersebut mempengaruhi stabilitas negara, dengan tanpa dukungan dari kelompok ulama konservatif dan tarekat Bektasyi yang berpengaruh, maka Sultan Mehmed V akhirnya naik ke tampuk kekuasaan. Pemilu selanjutnya diadakan kembali tahun 1912 M yang dimenangkan oleh kelompok Ittihad ve Terekki. Kekuasaan selanjutnya dipegang oleh wakil dari kalangan militer di bawah Enver Pasya, Jemal Pasya, dan Talat Pasya. Modernisasi Turki berlangsung kembali di segala aspeknya.
Dari sejarah pembaharuan Turki selanjutnya didapati tiga orientasi gerakan yang berbeda:
1. Tradisionalis, yang kukuh dengan ide Islamisme dan perlu tegaknya pemerintahan Islam. Tokoh utamanya adalah Mehmed Akif (1870-1938 M),
2. Nasionalis, yang mengembangkan ide pan-Turkisme yang bercita-cita tegaknya negara Turki yang memiliki identitas kultural otentik yang khas dan berbeda dari masyarakat lainnya. Tokoh sayap gerakan ini adalah Zia Gokalp (1875-1924 M),
3. “Modernis”, yang bereaksi terhadap kelompok tradisionalis dengan mengusung Islam rasional yang akrab dengan ide-ide Barat. Mereka menyerukan perlunya masyarakat Turki mengambil pola Barat bagi kemajuan negerinya.
Dalam banyak hal ketiga aliran ini memiliki perbedaan pandangan yang khas. Dalam soal institusi kenegaraan misalnya, kaum tradisionalis melihat perlunya negara Islam yang menerapkan hukum-hukum Tuhan. Kaum modernis justru menganjurkan pemisahan antara agama dan negara. Sementara kaum nasionalis lebih melihat pada urgensitas langkah yang dapat mereduksi peran mahkamah syari’ah di bawah Syaikh al-Islam yang terlampau berlebihan.
Dalam bidang ekonomi, kaum modernis menganjurkan adopsi sistem kapitalisme dan liberalisme yang dikecam oleh kaum tradisionalis sebagai sistem yang sama buruknya dengan sosialisme dan komunisme. Khusus terkait bunga bank, kaum nasionalis tidak sepakat dengan kaum tradisionalis tentang keharamannya. Menurut mereka, yang diharamkan oleh al-Qur’an adalah bunga dalam transaksi jual-beli uang, bukan bunga bank dari menyewakan atau meminjamkan uang.
Sementara di bidang pendidikan, kaum modernis menuntut kebebasan pendidikan dan mimbar akademik dengan memasukkan materi-materi filsafat, logika dan pengetahuan Barat lainnya. Sisi lain, kaum tradisionalis yang takut erosi terhadap identitas Islam karena pengaruh ilmu-ilmu Barat cenderung mempertahankan sistem pendidikan madrasah. Disini kaum nasionalis lebih berkeinginan membangun sistem pendidikan yang berakar dari nilai-nilai kultural yang asli dari bangsa Turki. [2]
Khusus mengenai masalah perempuan, kalangan modernis menyerukan ide-ide persamaan hal termasuk menyerang “kerudung” sebagai simbol yang memasung perempuan. Pemahaman ini jelas ditentang keras oleh kalangan tradisionalis. Adapun kaum nasionalis tampaknya berpihak pada pemikiran atas perlunya partisipasi publik bagi perempuan di bidang sosial maupun ekonomi. Soal poligami, kaum nasionalis menyerukan penghapusannya.
1. A. Latar Belakang
Pembabakan Sejarah Peradaban Islam dibagi dalam tiga Jaman. Jaman kelahiran Islam di masa Nabi Muhammad saw; Jaman perluasan ajaran Islam hingga ke luar Jazirah Arab dimasa Khulafa ar-Rasyidin dan khalifah sesudahnya; jaman Kejayaan pada masa Khilafah Abbasiyah dan Fatimiyah; Jaman kemunduran hingga dihapuskannya institusi Khilafah Islamiyah di Turki pada awal abad ke-20 M.
Berbicara tentang penghapusan institusi kekhilafahan Islam, maka kita akan bertemu dengan sebuah nama yang tidak asing lagi yaitu Mustafa Kamal Attaturk. Ketika kita belajar mata pelajaran Sejarah, dulu, Kamal Attaturk ini dikenal sebagai orang yang sangat berjasa dalam merubah wajah Turki dari Islam menjadi sekuler (modern).
1. B. Permasalahan
Berbicara mengenai Mustapa Kamal dan Pembaharuannya di Turki, ada banyak versi sejarah yang akan ditemukan. Disatu sisi akan ditemukan banyak pengkhianatan yang dilakukan Mustapa Kamal terhadap Islam. Namun disisi lain akan banyak pula sanjungan dan pujaan terhadapnya. Sebenarnya siapakah sosok Mustapa Kamal yang sebenarnya ?
1. C. Tujuan
Tujuan kami menyususn makalah ini adalah untuk mencoba sedikit menguraikan sekilas tentang kehidupan Bapak Turki (Mustapa Kamal), dan termasuk hasil pemikiran-pemikirannya terhadap perubahan Turki kuno menuju Turki modern.
BAB II
PEMBAHASAN
a) Biografi Kamal Attaturk

Mustafa Kamal lahir tahun 1880 masehi, di kota Salanik (kota Yahudi) daerah Macedonia yang berpenduduk 140.000 jiwa. Delapan puluh ribu diantaranya adalah orang-orang Yahudi Espana, dan dua puluh ribu lainnya lagi adalah orang-orang Yahudi Al-Dunama, yakni kaum Yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Secara resmi Mustafa Kamal Attaturk adalah anak Ali Ridha. Sedangkan ibunya bernama Zubaidah. Namun, ada yang mengatakan konon, Zubaidah, ibu Mustafa Kamal, hamil dari hasil perzinahannya dengan seorang pria bernama Abdumusin Agha. Mengingat dia pernah bekerja pada salah satu galangan kapal di kota salanik.
b) Latar Belakang Pendidikan dan Militer
Pertama kali ia belajar di sekolah agama. Kemudian oleh ibunya ia diikutkan ke sekolah modern. Sepeninggal bapaknya, Mustafa Kamal dibawa ibunya ke ladang pertanian pamannya Hussain Agha, dekat kota Salanik. Di sana, dia bekerja membantu pamannya membersihkan kandang, mencarikan makanan domba dan menjaga pertanian. Kemudian ibunya memindahkan disebuah sekolah di kota Salanik. Di kota tersebut, Mustafa sering berkelahi dengan murid-murid yang lain sehingga dia dipukul oleh salah seorang guru. Maka larilah Mustafa Kamal dari sekolah tersebut dan tidak kembali lagi.
Tahun 1893, dia masuk ke sekolah militer di kota Salanik. Setelah empat tahun dia lulus dari sekolah ketentaraan tingkat menengah di Monester, yakni di kota Balkan. Kota dimana fitnah bergolak dengan hebatnya menentang sistem kekhilafahan. Lulus dari Monester tahun 1899. kemudian dikirim ke Akademi Militer stambul. Lulus dari akademi tersebut tahun 1902 dia melanjutkan pendidikan di Akademi Staf Komando Militer, lulus tahun 1905. Selanjutnya dia ikut bergabung dengan pasukan Divisi 5 di Damaskus, sebagai perwira dengan pangkat Mayor. Saat itu usianya 25 tahun. Dalam tugasnya di Damaskus, dia dimasukkan dalam Batalyon kaveleri 30. Di sana, ia tinggal selama dua tahun, sehingga pangkatnya naik menjadi Aghas (pangkat antara mayor dan letkol). [3]
Ia akhirnya pindah ke Salanik di kodam III. Di sana ia masuk anggota kelompok Al Ittihad wa At Turaqqi. Dalam kelompok tersebut ia menghadapi beberapa rival yang kuat, seperti Anwar, dan Thal’at. Tahun 1910, ia dikirim ke Perancis untuk mengikuti latihan militer. Sepulangnya dari Perancis, ia diangkat menjadi Direktur Pendidikan Perwira. Karirnya terus menanjak setelah berhasil memenangkan salah satu peperangan di Ghalipuli, sampai akhirnya ia diangkat sebagai panglima pasukan di Palestina. Di kota Al-Quds, Mustafa Kamal mengadakan perjanjian dengan Allenby, panglima pasukan Inggris.
Pihak Inggris telah bersepakat dengan Mustafa kamal supaya ia menarik pasukannya dari Palestina dan memberi kesempatan kepada Allenby untuk masuk bersama pasukannya dalam keadaan tenang dan damai.dengan demikian pasukan Allenby dapat memukul pasukan Turki keempat dengan pukulan yag mematikan setelah Allenby mundur dengan membawa kegagalan di pintu As Salth, yakni setelah dikalahkan oleh Jamal Pasya, panglima pasukan Turki keempat. Maka akibat pengkhianatan ini Mustafa kamal, menjadikan kehancuran bagi kekuatan turki untuk selama-lamanya. Hasil pertemuan itu sangatlah memilukan: “Jumlah tawanan mendekati seratus ribu tentara, di luar jumlah mereka yang mati oleh peluru orang-orang Druze dan Armenia.”
c) Kancah Politik
Sejak tahun 1920, Mustafa Kemal Pasha menjadikan Ankara sebagai pusat aktivitas politiknya. Setelah menguasai Istambul, Inggris menciptakan kevakuman politik, dengan menawan banyak pejabat negara dan menutup kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan kholifah dan pemerintahannya mandeg. Instabilitas terjadi di dalam negeri, sementara opini umum menyudutkan kholifah dan memihak kaum nasionalis. Situasi ini dimanfaatkan Mustafa Kemal Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional – dan ia menobatkan diri sebagai ketuanya – sehingga ada 2 pemerintahan; pemerintahan khilafah di Istambul dan pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional di Ankara. Walau kedudukannya tambah kuat, Mustafa Kemal Pasha tetap tak berani membubarkan khilafah. Dewan Perwakilan Nasional hanya mengusulkan konsep yang memisahkan khilafah dengan pemerintahan. Namun, setelah perdebatan panjang di Dewan Perwakilan Nasional, konsep ini ditolak. Pengusulnyapun mencari alasan membubarkan Dewan Perwakilan Nasional dengan melibatkannya dalam berbagai kasus pertumpahan darah. Setelah memuncaknya krisis, Dewan Perwakilan Nasional ini diusulkan agar mengangkat Mustafa Kemal Pasha sebagai ketua parlemen, yang diharap bisa menyelesaikan kondisi kritis ini.
Setelah resmi dipilih jadi ketua parlemen, Pasha mengumumkan kebijakannya, yaitu mengubah sistem khilafah dengan republik yang dipimpin seorang presiden yang dipilih lewat Pemilu. Tanggal 29 November 1923, ia dipilih parlemen sebagai presiden pertama Turki. Namun ambisinya untuk membubarkan khilafah yang telah terkorupsi terintangi. Ia dianggap murtad, dan rakyat mendukung Sultan Abdul Mejid II, serta berusaha mengembalikan kekuasaannya. Ancaman ini tak menyurutkan langkah Mustafa Kemal Pasha. Malahan, ia menyerang balik dengan taktik politik dan pemikirannya yang menyebut bahwa penentang sistem republik ialah pengkhianat bangsa dan ia melakukan teror untuk mempertahankan sistem pemerintahannya. Kholifah digambarkan sebagai sekutu asing yang harus dienyahkan.
Setelah suasana negara kondusif, Mustafa Kemal Pasha mengadakan sidang Dewan Perwakilan Nasional. Tepat 3 Maret 1924 M, ia memecat kholifah, membubarkan sistem khilafah, dan menghapuskan sistem Islam dari negara. Hal ini dianggap sebagai titik klimaks revolusi Mustafa Kemal Pasha.
d) Ideologi dan Pembaharuan Kamal Attaurk
Pada Maret 1924 terjadilah penghapusan wilayah. Karena tidak puas Ataturk melanjutkan wasiat majikannya. Maka pada tahun 1925 keluarlah peraturan yang melarang berbusana islami bagi laki-laki dan perempuan, merubah salam “assalamu’alaikum” dengan anggukan kepala.
Pada tahun 1928 keluar keputusan tentang penghapusan pelajaran agama, merubah bacaan al-qur’an dan azan dengan bahasa Turki, mengganti huruf arab dengan latin, menyamakan hak waris antara laki-laki dengan wanita. Selain itu ada pula beberapa pembaharuan yang ia lakukan diantaranya :
• Membolehkan lelaki memakai celana panjang dengan syarat pakai tie dan topi (sesuai dengan kehendak barat) .
• Beliau pernah menegaskan bahwa “negara tidak akan maju kalau rakyatnya tidak cenderung kepada pakaian modern”
• Mengarahkan Al-Quran dicetak dalam bahasa Turki .
• Menukar azan ke dalam bahasa Turki. Bahasa Turki sendiri diubah dengan membuang unsur-unsur Arab dan Parsi.
• Satu ucapan beliau di bandar Belikesir di mana beliau dengan terang-terangannya mengatakan bahawa agama harus dipisahkan dengan urusan harian dan perlu dihapuskan untuk kemajuan.
• Agama Islam juga di buang sebagai Agama resmi negara.
• Mengubah undang-undang perkahwinan berdaftar berdasarkan undang-undang barat.
• Menukar Masjid Ayasophia kepada museum, ada sebagian masjid dijadikan gereja.
• Membatalkan undang-undang waris,faraid secara Islam .
• Menghapus penggunaan kalendar Islam dan menukarkan huruf Arab kepada huruf Latin.
Selain itu, banyak juga pembaharuan yang dilakukan oleh Mustapa Kamal dalam menjalankan pemerintahan di Turki, antara lain seperti dalam sidang Majlis Agung Nasional tahun 1920, ia menjadi Ketia Majlis dan hasil dari siding tersebut antara lain :
Kekuasaan tertinggi terletak ditangan rakyat Turki.
Majlis Agung nasional merupakan perwakilan rakyat tertinggi.
Majlis Agung NAsional berfungsi sebagai badan legislative dan eksekutif.
Majlis Negara yang anggotanya dipilih dari Majlis Nasional Agung akan menjalankan tugas pemerintahan.
e) Akhir Hayat
Pada saat ia terbaring sakit, menunggu ajalnya. Mustafa kamal bersikeras untuk mengangkat duta Inggris, Peres Lorraine sebagai presiden penggantinya. Sunday Times, hari Jum’at 15 Februari 1968 menulis berita dengan judul, “Kamal Attaturk minta kepada duta Inggris untuk menggantikannya sebagai Presiden republik Turki.” Mustafa Kamal terserang penyakit dalam (sirrosis hepatis), disebabkan Alkohol yang terkandung dalam khamer. Disamping itu ia juga terserang penyakit kelamin (Gonnorrhea/GO). Cairan yang berkumpul pada bagian dalam perutnya (Ascites), sehingga para dokter terpaksa mencoblosnya dengan jarum. Karena perutnya membusung dan kedua kakinya membengkak. Hari demi hari kekuatannya semakin melemah, mukanya mengecil, darahnya berkurang, tubuhnya memucat seputih tulangnya. Akhirnya dia pun tak mampu bergerak sendiri. Selama sakit, ia berteriak-teriak sehingga teriakannya menerobos sampai ke teras istana yang ditempatinya yakni Istana Dulamah boghja di Konstantin.
Akhirnya, tulang dia hanya berbalut kulit. Bobotnya hanya tinggal 48 kilogram saja ketika ia mati. Gigi-giginya tanggal, mulutnya hampir bertemu dengan kedua alis matanya, dan dia berwasiat supaya jenazahnya tidak usah dishalati. Kemudia pada hari kamis tanggal 10 Nopember 1938 jam 09.05, pergilah Attaturk dari alam dunia dalam keadaan dilaknat di langit dan di bumi.
Mustafa mati dengan meninggalkan Turki dalam keadaan miskin dan gersang. Dengan utang luar negeri yang setiap hari semakin bertambah. Laju infasi mencapai 42-60% pada tahun 1970. pengangguran mencapai 20% dari keseluruhan jumlah penduduk. Pada tahun 1970, utang negara sebanyak 21 milyar Dollar US. Pemerintah tunduk kepada Bank Internasional. Mereka mendevaluasi nilai lira turki sampai 8 kali. Pada tahun 1980, angka suku bunga membumbung sampai 30%. Dan ini adalah angka suku bunga tertinggi di dunia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Mustapa Kamal merupakan salah satu tokoh pembaharu dan pemikir di Turki. Memulai karir dibidang militer sampia akhirnya ia terjun di kancah politik dengan mengusung Gerakan Ansionalisme dan Westernisme. Tujuan utamanya ialah untuk merubah wajah Turki kepada kemodern-an seperti Bangsa Barat. Hal ini ia lakukan ketika ia memulai karir di kancah politik, sampai membentuk parlemen dan terpilih menjadi Presiden Turki yang pertama.
Ada banyak sekali pembaharuan yang telah dilakukan oleh Mustapa Kamal attaturk dalam merubah Turki dari system pemerintahan Kerajaan kepada Turki modern yang bersiste Republik. Selain itu, beliau juga banyak menghasilkan pemikiran-pemikiran yang diadopsi dari pemikiran Nasionalisme arab dan pemikiran Barat untuk meruibah wajah Turki menjadi modern dan maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar